oleh: Dian Yuniar (Aktivis Muhammadiyah Ngagel)
Menerima kabar dari grup WhatsApp bahwa seorang teman masuk rumah sakit dan harus rawat inap karena harus observasi terlebih dahulu sebelum menjalani operasi akibat mengidap kanker payudara, reaksi pertama adalah sedih.
Siapapun orangnya ketika mendengar kabar bahwa seorang teman terserang penyakit yang parah, semisal kanker atau tumor, pastilah rasa empati muncul, atau rasa simpati dari orang yang pernah mengalami sakit yang sama, lantas mendoakan supaya lekas sembuh, atau mendoakan yang terbaik untuk penderitanya.
Apalagi jika yang sakit itu adalah teman kita sendiri, yang tiap harinya bertemu di grup chat WhatsApp, berkomunikasi, bercanda dan bertukar pikiran tentang segala hal. Sudah barang tentu sebagai makhluk sosial, akan tergerak hati untuk memberi dukungan kepada si penderita.
Dari perwujudan rasa empati tersebut, muncul niat untuk menjenguk beramai-ramai, sebagai bentuk dukungan kepada seorang teman bahwa berteman tidak hanya saat suka saja, akan tetapi saat duka pun tetap ada.
Di bangsal tempat teman kita dirawat, satu bangsal berisi 12 bed, dan hanya dipisah dengan tirai, maklum kelas ekonomi. Pastilah kita bisa melihat sekitar, begitu trenyuh menyaksikan penderita kanker yang lain, ada yang sedang tertidur pulas karena obat penghilang rasa sakit mungkin, ada yang berteriak-teriak mengerang kesakitan sambil menyebut nama Allah, atau beristighfar memohon ampunan.
Melahirkan celetukan teman , ” Hmm, kalau sudah begini, Allah saja yang disebut, coba sebelum sakit, pasti lupa deh, ” Tahukah kita bahwa menjenguk orang sakit itu rahmat Allah diturunkan kepada kita, apa jadinya kalau mulut kita menodai niat baik kita.
Keutamaan menjenguk orang yang sedang sakit adalah rahmat Allah datang dari doa-doa malaikat kepada si penjenguk.
Seperti hadits Rosulullah Muhammad SAW yang artinya: ” Apabila seseorang menjenguk saudaranya yang muslim (yang sedang sakit), maka (seakan-akan) dia berjalan sambil memetik buah-buahan Surga sehingga dia duduk, apabila sudah duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila menjenguknya di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar mendapat rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba.†(HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad)
Kemudian mendoakan teman kita agar Allah memberikan kesembuhan itu lebih baik daripada mengomentari keadaan para penderita yang lain. Salah satu adab menjenguk orang sakit adalah mendoakannya, adapun salah satu doa yang bisa kita panjatkan adalah:
اللَّهÙمَّ رَبَّ النَّاس٠أَذْهÙبْ الْبَاسَ اشْÙÙه٠وَأَنْتَ الشَّاÙÙÙŠ لَا Ø´ÙÙَاءَ Ø¥Ùلَّا Ø´ÙÙَاؤÙÙƒÙŽ Ø´ÙÙَاءً لَا ÙŠÙغَادÙر٠سَقَمًا
Allahumma rabbannaasi adzhibil ba’sa isyfihi wa antas syafi laa syifaa’a illa syifaauka syifaa’an laa yughadiru saqamanâ€
“Ya Allah Rabb manusia, dzat yang menghilangkan rasa sakit, sembuhkanlah sesungguhnya Engkau Dzat yang Maha menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan dari kesembuhan-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak menyisakan rasa sakit.” (HR. Bukhari)
Adab yang lain dalam menjenguk orang sakit adalah tidak berlama-lama, selain memberi kesempatan kepada pembesuk lainnya, juga memberikan waktu kepada penderita untuk beristirahat.
Semoga bermanfaat.