NGAGELMU.ID – Seminar parenting Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya digelar di Gedung Nusantara STIESIA Surabaya, (28/1/2023). Menghadirkan Umi Pipik Dian Irawati sebagai bintang tamu untuk sesi berbagi atau sharing session.
Sesuai dengan tema yang mengangkat Neuroparenting sebagai materi seminar kali ini, oleh narasumber dari founder Neuroparenting Indonesia yaitu dr Amir Zuhdi, cerita yang dikisahkan oleh Umi Pipik sangat cocok dengan materinya, apalagi ceritanya mengenai pengalaman pribadi dari istri almarhum Ustadz Jeffrey Al Buchori, tepatnya bagaimana menghidupi dan menghadapi anak-anak sepeninggal almarhum. Tentu saja yang dibahas disini adalah emosi, baik emosi dari anak-anak maupun dari wanita yang istiqomah bercadar sejak kepergian suaminya itu.
Sebagai single parent, Umi Pipik termasuk seorang ibu yang penyabar, kuat dan tangguh dalam menghadapi ujian dari Allah. Betapa tidak, dengan kebiasaan almarhum suami yang selalu memanjakan anak dengan menuruti apapun yang diinginkan, dan membuai anak-anaknya dengan fasilitas dari sang ayah , kemudian Allah ambil ayah mereka. Pun demikian juga dengan harta benda yang mereka miliki, Allah ambil semua dalam kebakaran dan habis tak tersisa, dari situ Umi Pipik disadarkan oleh Allah, bahwa Allah sangat mudah mengambil apapun yang ada di dunia, dan harta yang paling berharga adalah anak-anak yang sholeh dan sholeha.
Umi Pipik mencontohkan pola asuh Rosulullah Muhammad SAW dalam mendidik anak-anak. Menanamkan tauhid sejak dini adalah cara Rosulullah Muhammad SAW mendidik anak-anak beliau, seperti pada Qur’an Surah Lukman ayat 13 yang artinya, ” Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Di samping itu Umi Pipik menekankan untuk bersikap tangguh di depan anak-anak, itu akan memberi contoh kepada mereka untuk menjadi tangguh juga.
“Kalau mau anak kita tangguh, ya kita juga harus tangguh, kalau mau anak kita kuat ya kita juga harus kuat, kalau mau anak kita dewasa ya kita juga harus dewasa, jangan sampai mereka melihat ayah bundanya menampakkan kesedihan, cengeng, apalagi membagikan perasaan sedih, marah ketika bertengkar dengan pasangan, lalu melibatkan anak-anak kita ikut larut dalam kesedihan, itu tidak adil, ” Begitu pemaparan beliau.
Sebelum acara berakhir, Umi Pipik membagikan motivasi penyemangat kepada semua peserta seminar dengan mengambil contoh dari wortel, telor dan biji kopi. Wortel yang memiliki sifat keras ketika masih mentah, meskipun dibanting tetap utuh tak berubah sedikitpun, tetapi saat diuji dengan direbus di air mendidih, wortel menjadi lunak dan mudah dihancurkan.
Sedangkan telor yang tampak bercangkang keras tetapi ketika dibanting dia langsung pecah, namun ketika diuji dengan direbus di air mendidih maka telor menjadi keras dan kokoh, sementara biji kopi, keras dan harum, mampu menetralkan bau, dan ketika diuji dipanaskan dan ditumbuk sampai halus pun, biji kopi tetap menebarkan bau harum kopi yang disukai, menandakan bahwa apapun yang menimpa biji kopi, dia tetap seperti sifatnya semula, yaitu menebarkan bau harum khasnya. (Dian Yunias/Mul)