NGAGELMU.ID – SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat) menggelar Workshop Literasi selama dua hari. Workshop bertema “Berkolaborasi dalam Meningkatkan Minat Literasi Baca dan Karya”, bertempat di Pondok Jatim Park 1 Batu, Jawa Timur, Senin-Selasa (19-20/12/2022). Kegiatan diikuti 120 guru dan tenaga kependidikan Mudipat.
Workshop terselenggara dengan menggandeng Tim Inovasi Jawa Timur, bersama narasumber Juprianto dan Choyatin Nasucha. Hadir pada pembukaan acara Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngagel Surabaya Drs H Ahmad Zaini MPd, Kedua dan sekretaris Majelis Dokdasmen PCM Ngagel Ridwan MPd dan Umi Syarofah MPd.
Kepala SD Mudipat Edy Susanto MPd dalam sambutannya menyampaikan Program literasi dirintis oleh Majelis Dikdasmen PP Muh tahun 2019. Dilanjutkan oleh Majelis Dokdasmen PWM Jatim tahun 2021, pada tgl 2022 literasi dan numerasi mandiri dilaksanakan di sekoolah dan madrasah Muhammadiyah kota/Kabupaten.
“Untuk mewujudkan sukses pelaksanaan literasi di sekolah, guru perlu aksi nyata. Program literasi mandiri. Di Surabaya ada 5 MIM dan 1 SDM. Yakni MIM 5, MIM 23, MIM 25, MIM 27, MIM 28, dan SDM 22,” jelas Edy.
Dia menambahkan, tujuan diselenggarakan workshop literasi adalah untuk menumbuhkan kesadaran kolektif tentang pentinganya mengembangkan minat baca dan tulis pada peserta sidik. Sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang gemar membaca, menulis, dan berkarya sebagai perwujudan pendidikan yang unggul dan berkemajuan.
“Target kegiatan ini pertama nanti kita punya kelas Literat. Kemudian target selanjutnya punya produk. Yaitu big book. Lalu tahun pertama Sapa sabu, satu paralel kelas satu buku, lalu tahun kedua sake sabu, satu kelas satu buku, dan terakhir kita punya video pembelajaran Literasi,” jelas suami Siti Rahmah SPd itu.
Lebih lanjuy Edy mengatakan, produk ke depan, Mudipat mempunyai kelas numerat, Video pembelajaran numerasi, dan kreasi literasi dan numerasi. “Jangan sampai dengan berkembangnya teknologi dan derasnya informasi minat baca peserta didik tergerus. Mari dipaksa literat, agar terpaksa, lalu bisa dan biasa, dan selanjutnya jadi luar biasa,” ungkapnya.
Target secara umum dengan workshop literasi, maka budaya literasi semakin baik di sekolah. Kemudian membaca dan menulis sebagai habit.
“Siswa terbiasa membaca buku-buku selain buku mapel, ensoklopedia, majalah anak, majalah why, novel, dan buku bacaan lainnya. Siswa dibiasakan membuat mading di kelas. Kemudian ada jadwal rutin membaca di perpustakaan kelas atau di peepustakaan sekolah,” terangnya.
Di akhir pidatonya Edy menegaskan, bangsa yang literat berawal dari Masyarakat yang literat, masyarakat yang literat berawal dari sekolah literat. Sekolah yang literat berawal dari guru yang literat. “Guru yang literat mampu mencetak siswa yang literat,” pungkas kepala sekolah berprestasi oleh Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah 2018 itu. (Mul)