oleh: Dian Yuniar (Aktivis Muhammadiyah Ngagel Surabaya)

FIFA World Cup 2022 yang bertempat di negara Qatar wilayah Timur Tengah ini memiliki warna bernuansa religi.

Betapa tidak, hampir seluruh pelaksanaannya mulai dari opening ceremony hingga persembahan usai acara kesemuanya mencerminkan sifat akhlaqul kharimah sebagai sifat dasar seorang muslim.
Totalitas Qatar dalam memberikan penyambutan dan pelayanan kepada pengunjung yang datang sangat terasa sekali. Seperti wellcome gift yang sudah tertata rapi pada seat di tiap-tiap tribun sebagai bentuk keramahtamahan tuan rumah dalam menjamu supporter yang ibarat tamu yang datang dari berbagai negara. Hingga parade kudapan gratis di luar stadion sebagai persembahan penduduk Qatar untuk pengunjung yang pulang seusai acara.

Sikap yang mencerminkan hadits Rosulullah Muhammad SAW yang artinya: ” Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya dan menjamunya siang dan malam.” (HR Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah ra). Rosulullah Muhammad sendiri suka memberikan hidangan kepada tamu-tamu beliau.

Sikap bersahabat dari seluruh penduduk Qatar untuk supporter dan pemain, seperti menggantikan menggendong anak kecil yang tertidur di gendongan ibunya yaitu supporter wanita yang datang saat itu, sampai meminjamkan tenda mewah keluarga untuk pengunjung yang tidak kebagian kamar hotel, tak lepas dari sifat Rosulullah Muhammad panutan setiap muslim Qatar, sesuai dengan hadits Rosulullah Muhammad SAW.

Dari Abu Hurairah ra, Rosulullah bersabda: “ Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR Muslim)

Salah satu sifat yang patut dicontoh oleh seluruh muslim dunia dari Qatar adalah tidak memperlakukan penyandang disabilitas secara berbeda dengan yang normal. Adalah Ghanim Al Muftah, pemuda 20 tahun yang menderita Caudal Regression Syndrome sejak lahir ini dipercaya untuk melantunkan ayat suci Al-Quran QS Al Hujurot ayat 13.

yang artinya : ” Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti”.

Bersanding dengan aktor senior Hollywood Morgan Freeman yang didaulat untuk membacakan terjemahan dari ayat tersebut.

Tak hanya sampai disitu saja, nama mulia Rosulullah Muhammad SAW yang sebelumnya asing dimata dunia, kini menggema di antara para pemain dan supporter FIFA World Cup 2022, gegara pemain Maroko yang ketika meraih kemenangan, langsung menyenandungkan sholawat Nabi dengan gempita, keseruannya pun sampai kepada para pemain dan supporter non muslim yang auto ikut menyanyikannya.

Terasa kental sekali nuansa Islam di ruang ganti, di tribun, maupun diluar stadion. Tak pelak, masjid-masjid yang memang dibuka bagi siapa saja yang ingin mengenal Islam dengan lebih baik lagi, serta merta dipenuhi oleh orang-orang yang penasaran dengan Islam, dan tidak main-main, puluhan ribu pengunjung Piala Dunia 2022 yang menjadi mualaf, MasyaAllah.

Bukan tidak ada hambatan bagi Qatar untuk menerapkan syariah Islam di ajang sekelas FIFA World Cup. Mendapatkan tentangan dari pihak FIFA sendiri, Qatar tidak gentar memberlakukan larangan minuman beralkohol bagi pemain dan supporter FIFA World Cup selama berada di negaranya, dan sukses.

Adanya saling menghormati dan toleransi antar umat beragama akhirnya membuahkan kesepakatan bersama. Pun demikian dengan aturan larangan membawa simbol simbol LGBT dalam rangka menolak LGBT adalah harga mati bagi Qatar yang harus dihormati juga oleh setiap individu yang datang di negara Islam tersebut.

Cerita haru sekaligus mulia dari Jepang ketika harus menerima kekalahan saat beradu dengan Kroasia, menyebabkan Jepang harus berhenti dalam 16 besar dari target 8 besar yang diharapkan negeri matahari terbit itu. Tulisan dari Professor Pitoyo Peter Hartono ini menceritakan bahwa Jepang yang merupakan negara tak berTuhan, tetapi mempunyai sifat berbudi luhur, berbudaya tinggi dan rasa menghormati sesama.

Sebelum kembali ke negaranya, para pemain dan pelatih Jepang Hajime Moriyasu mengucapkan terimakasih yang tinggi kepada para pendukungnya dan kepada penyelenggara, bahkan sang pelatih membungkuk dalam-dalam. Pun dilakukan pula terhadap stadion, disaat tribun mulai kosong, sangat pelatih melakukan penghormatan terakhir kepada stadion dengan cara membungkuk dalam-dalam. Budaya luhur Jepang yang disebut ojigi itu tak pernah lupa dilakukan.

Tak ketinggalan budaya bersih Jepang yang terkenal itu juga dilakukan di ruang ganti, semuanya dikembalikan bersih seperti sebelum dipakai, dan membuat origami berbentuk Tsuru, yaitu burung bangau, dan menuliskan terimakasih dalam bahasa Arab. Begitu juga dengan para pendukungnya, meskipun kalah, mereka tetap menerapkan budaya bersih dengan memungut sampah yang bukan hanya dari mereka saja, tetapi juga dari bangku di sekitar yang bisa dijangkau oleh tangan mereka.

Sungguh budaya yang luar biasa, meninggikan harga diri dengan cara meninggikan harga diri orang lain terlebih dahulu, menghormati diri dengan cara menghormati orang lain terlebih dahulu.

Begitu banyak hikmah yang bisa dipetik dari event empat tahunan kali ini, dengan Qatar sebagai tuan rumah, akhlaqul kharimah Islam tidak hanya tercermin dari umat muslim, tetapi juga tersirat dari Jepang dan pemain lainnya. Bukti bahwa lingkungan adalah peranan utama dalam pembentukan karakter seseorang. Huwallahu alam bi showab.

Shares: