Oleh:Â Dian Yuniar
(Aktivis Muhammadiyah Ngagel)
Opening atau pembukaan, merupakan unsur penting di dalam mengawali sesuatu, misalnya mengawali suatu acara, presentasi, maupun mengawali komunikasi dengan orang lain.
Nah pembukaan atau mengawali komunikasi dengan orang lain ini yang biasa kita sebut dengan basa-basi. Bentuk basa-basi dalam komunikasi biasanya adalah pujian, dan kebanyakan pujian yang dilontarkan berkenaan dengan fisik, karier maupun materi yang dimiliki oleh lawan bicara. Ini biasa terjadi pada komunikasi antar teman, sahabat bahkan kerabat, apalagi kalau sudah lama tidak bertemu. Tetapi seringkali kita salah mengartikan esensi dari pujian yang dilontarkan oleh lawan bicara kita, ujung-ujungnya terjadilah salah paham.
Seperti kejadian yang menimpa seorang teman perempuan, yang akhirnya bisa menyambung komunikasi dengan sahabat laki-lakinya semasa sekolah dulu karena mendapatkan nomor kontaknya, mereka bertemu lagi ketika masing-masing sudah berkeluarga, dan memulai percakapan dengan basa-basi menanyakan keadaan masing-masing. Tetapi karena satu pujian, mengakibatkan pemblokiran terhadap nomor kontak si sahabat dan komunikasi tidak bisa lagi tersambung. Tetapi sebagai seorang muslim, yang tentu saja menjunjung tinggi habluminannas, salah satunya melakukan tabayyun, yang mendapat pujian ini melakukan konfirmasi kepada sahabatnya, mencari kejelasan apa maksud dan tujuan dari pujian yang sudah menyebabkan terputusnya komunikasi, dan masalah terpecahkan. Salah paham dengan pujian dari seorang sahabat, karena keadaan masing-masing yang telah berkeluarga.
Demikian juga dalam dunia marketing, ketika mengawali percakapan, berbasa-basi dengan melontarkan kalimat pujian kepada target juga biasa dilakukan, meskipun kita belum mengenal pribadi dari target itu sendiri. Tetapi terkadang kita sering tergelincir oleh basa-basi yang kita buat sendiri, apalagi kalau lawan bicara kita tidak memahami basa-basi kita, dan mengartikan lain basa-basi yang kita lontarkan.
Seperti yang terjadi beberapa tahun lalu, menimpa saya sendiri, melakukan kesalahan dengan berbasa-basi, melontarkan pujian kepada seorang rekan dengan tujuan untuk memuluskan penjualan, padahal belum lama mengenal pribadinya, dan mengakibatkan salah paham di antara kami. Mungkin bagi saya pujian itu biasa di dalam dunia marketing, tetapi bagi orang lain belum tentu bisa diterima. Dan akibat dari pujian itu, rekan saya menjauhi saya tanpa mengatakan sesuatu. Ketika ingin menanyakan langsung, saya kehilangan kontak. Belakangan baru benar-benar saya yakini bahwa memang rekan saya itu menghindari saya ketika bertemu muka, dan itu akibat dari pujian yang saya lontarkan, itu sudah bisa dipastikan karena komunikasi berhenti dari situ.
Dua masalah yang sama dengan kasus berbeda, dengan pribadi berbeda dan hanya satu yang terpecahkan, karena hanya satu yang melakukan tabayyun. Dari sini bisa kita petik hikmah, bahwa tabayyun, adalah unsur penting dalam habluminannas, hubungan dengan orang lain adalah kelangsungan hidup di dunia, dan pengaruhnya sangat besar untuk kelangsungan hidup di akhirat nanti. Tabayyun merupakan anjuran yang tertulis di dalam buku petunjuk umat Islam, tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 6 yang artinya,” Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kamu seorang fasik membawa suatu berita, maka bersungguh-sungguhlah mencari kejelasan agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan yang menyebabkan kamu menjadi orang-orang yang menyesal,â€
Berdasarkan pada dalil tersebut, kita sebagai umat Islam diperintahkan untuk selalu bersungguh-sungguh mencari kejelasan dan kebenaran dalam menyikapi suatu pesan dan informasi komunikasi, agar tidak menimpakan musibah kepada orang lain.
Semoga bermanfaat.