NGAGELMU.ID – Apabila kita mau berpuasa dengan memahami tujuan berpuasa, maka Ramadan ini bisa menjadikan momen perubahan bagi manusia. Keharusan meninggalkan maksiat tidak hanya meninggalkan berbuat dosa, mencuri, merampok, menipu, syirik kepada Allah ta’ala, tapi juga meninggalkan segala kegiatan atau tindakan yang membuat harta menjadi haram. Inilah namanya maksiat ekonomi.
Demikian salah satu materi yang disampaikan Ustadz Drs Ec Suherman Rosyidi MCom yang juga pakar ekonomi syariah Unair Surabaya dalam event bertajuk Gareng (Ngaji Bareng). Acara yang merupakan kerja sama Smamda dengan Ikatan Alumni Smamda (Ikasmamda) itu berlangsung di Masjid Nurul ‘Ilmi, Ahad (3/4/2022).
Suherman menjelaskan, tipuan dalam sewa-menyewa hutang piutang menjadi tingkatan pertama dalam maksiat ekonomi. “Ada orang menjual ballpoint katanya merek terkenal, tetapi ternyata bikinan sendiri, juga pembeli penipu dan penjual penipu,†ulasnya mencontohkan.
Kedua, yaitu menyogok yang masuk kategori pemalsuan hak, kemudian korupsi yang termasuk pemalsuan milik. Berikutnya masuk pada tingkatan ketiga, yakni unsur-unsur maksiat ekonomi adalah bergaul dengan riba dan enggan membayar zakat.
Menurutnya, masalah ekonomi adalah masalah yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Baik Islam atapun kafir selalu melakukan kegiatan ini dan ekonomi menjadi masalah dengan isi perut manusia. Maka dari itu harus baik bagaimana cara pelaksanaannya agar Allah mencintai kita.
“Sebagai muslim kita tidak bisa sembarangan karena Allah ta’ala akan menanyakan bagaimana cara mendapatkan ilmu, bagaimana masa muda dihabiskan, dari mana harta didapatkan dan bagaimana dibelanjakan,†ujarnya.
Sementara itu, Hafshah Mubarok ketua panitia menyatakan, Gareng bukan hanya untuk Ikasmamda, tapi juga untuk lingkungan sekitar Smamda. Networking session juga penting agar Ikasmamda semakin kuat jalinan persaudaraannya baik di dunia maupun akhirat. (Maurice Anantatoer Akbar/AS)