NGAGELMU.ID – Pengajian Ahad Pagi Muhammadiyah (PagiMU) Pimpinan Cabang Muhammadiyah Ngagel, Kota Surabaya (11/12/2022) mengangkat tema Menjaga Spirit Muhammadiyah. Ustadz Drs. H. Shodikin, M.Pd, da’i dari Lamongan hadir untuk mencerahkan warga persyarikatan di PagiMu, berlangsung di Ahmad Dahlan Education Center (ADEC) SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat).

Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan ini menyampaikan bahwa ia punya prinsip dalam kepemimpinannya untuk mengelola Muhammadiyah dengan Gembira. Ia berharap acara PagiMU ini dapat bertemu orang-orang baik, di tempat yang baik, membicarakan kebaikan.

Pria asal Modo Lamongan ini menyampaikan lima kewajiban umat Islam. Pertama, mengimani. “Saat dalam kandungan dan Allah berkata ‘alastu birobbikum, bukankah aku Tuhanmu’ kita semua mengimani dengan berucap ‘qooluu balaa syahidna’.”

Kedua adalah mencari ilmunya. Beramal tanpa ilmu tidaklah diterima. Seperti berwudhu dan shalat tanpa ilmu tidaklah diterima.

Setelah keimanan dan mencari ilmunya, ketiga adalah amal solih. “Berapa banyak ayat yang menghubungkan antara amanu dan amilu sholihat, yang artinya tidak ada artinya orang hanya beriman namun tidak berwasilah dengan amal shalih,” jelasnya.

Keempat adalah menjaga spirit dakwah. Dan kelima adalah izzul Islam, “Isy kariman aw mut syahidan, hidup mulia atau mati syahid.”

Sedangkan yang akan dibahas dalam PagiMU adalah poin keempat, menjaga spirit dakwah melalui Muhammadiyah.

Ia menyampaikan bahwa setiap orang yang melihat kemungkaran agar, pertama, mengubah dengan tangannya. “Cara pertama ini bisa dilakukan oleh penguasa. Maka sekolah-sekolah Muhammadiyah arahkan juga alumninya ke STPDN. Agar nantinya punya kuasa untuk mengeluarkan kebijakan sesuai syariat,” ucap Ustadz Shodikin.

Cara kedua adalah dengan lisannya berupa hikmah dan mau’idzah hasanah. “Sudah saatnya potongan kajian yang baik disebarkan di TikTok dan media sosial lainnya. Karena anak zaman sekarang sangat piawai dengan teknologi,” lanjutnya.

Sedangkan cara ketiga jika tidak mampu dengan tangan dan lisannya, maka cukup dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman. “Tapi kalau melakukan yang ketiga ini. Benar, dia tidak berdosa, tapi ia membiarkan anaknya, ponakannya, adiknya berdosa.” (Erfin)

Shares: