NGAGELMU.ID – Manusia hidup di dunia ini tidak ujug-ujug, semuanya memiliki proses. Setelah berada di dunia manusia dimatikan dan nantinya akan dihidupkan kembali seperti yang dijelaskan pada banyak ayat suci di Alqur’an.

Demikian disampaikan Ir. Tamhid Masyhudi, MM pada acara Pengajian Ahad Pagi Muhammadiyah (PagiMu) Pimpinan Cabang Muhammadiyah Ngagel, Ahad, (18/09/2022), bertempat di Masjid Nurul Ilmi SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (smamda).

Di hadapan sekitar dua ratus peserta PagiMu, Tamhid, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa dalam hidup ini adalah sangat penting membangun relasi. “Ada lima relasi kehidupan yang bisa kerjakan,” ungkap sekretaris Pimpinan Wilayah Muhamammadiyah (PWM) Jawa timur.

“Yang pertama adalah relasi manusia manusia dengan Allah, pencipta kita semua,” ungkap Tamhid.

Menurut Tamhid,kita harus melihat manusia seperti apa yang mencari Tuhannya. Ia mencontohkan bagaimana nabi ibrahim saat mencari Tuhan, Allah SWT. Karena hal ini Nabi Ibrahim disebut sebagai khaliyullah artinya yang dicintai Allah SWT. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Yang pertama karena Nabi Ibrahim mengalami proses pencarian Tuhan yang sangat panjang dan melalui banyak ujian.

Seperti yang dikisahkan dalam QS Al An’am ayat 76 – 79. Berbagai kesempatan Nabi Ibrahim merenung, Tuhan itu siapa dan seperti apa? Melihati Matahari yang besar, Ia menganggap Tuhan namun matahari tenggelam.Ia pun berganti menuhankan bulan yang begitu besar namun bulanpun lenyap.

“Seperti yang kita ketaui ayah nabi Ibrahim adalah pembuat Tuhan, berhala,” papar Tamhid.

Begitu Nabi Ibrahim tau bahwa itu bukan Tuhan sesungguhnya lalu dia menghancurkan segala jenis patung yang dianggap Tuhan oleh bapaknya. Akhirnya Nabi Ibrahim dihukum Raja Namrud dengan dibakar tapi malah Nabi Ibrahim selamat dan tidak merasa panas sama sekali.

Inilah mukjizat yang dimiliki Nabi Ibrahim dan merupakan bukti keyakinan nabi ibrahim kepada Allah. Allah akan membimbing, melindungi dan memberikan kebaikan kebaikan kepada manusia tersebut. Ujian ‘ ujian yang dihadapi Nabi Ibrahim diselesaikan dengan terus berdoa dan bermohon kepada Allah.

“Yang kedua adalah, ketabahan Nabi Ibrahim dalam menghadapi ujian kehidupan saat belum mempunyai keturunan hingga mempunyai keturunan.

Nabi Ibrahim juga bermohon kepada Allah agar dikaruniai seorang putra untuk meneruskan dakwah dan ajarannya kepada umat manusia.
Ketika Ia beristri dengan Siti Sarah tetapi tidak kunjung diberi keturunan kemudian Ia menikah dengan siti hajjar.

Doa Nabi Ibrahim dijawab oleh Allah, “Kau akan memiliki anak yang lembut dan sabar,” maka ada anaknya yg diberi nama Ismail.

Ujian nabi ibrahim juga dengan istri dan anaknya. Allah menguji nabi ibrahim dengan menyuruh untuk meninggalkan istri dan anaknya. Dari Kota Palestina menuju kota Bakka yang sekarang kota Mekah. Namun nabi ibrahim dengan keyakinannya terus patuh pada perintah Allah. Begitu juga dengan istrinya, yang luar biasa patuh pada perintah Allah dan juga yakin.

Ketika Nabi brahim meninggalkan ismail dan siti hajar di padang yg tandus. Suatu ketika, Ismail lapar dan yang dilakukannya adalah menangis. Melihat anaknya yang kelaparan, Siti Hajar berusaha mencarikan air. Kemudia beliau menuju Shofa karena melihat air. Namun malangnya, air yang dilihatnya ternyata fatamorgana.

Setelah itu, Siti Hajar berbalik arah dan tetiba dia melihat air di Marwah. Namun ketika dihampiri, sama seperti sebelumnya yakni fatamorgana. Karena sudah tidak kuat menahan lapar, Ismail berkali-kali menghentakkan kakinya. Dari hentakan itulah, muncul sumber mata air yang saat ini kita kenal sebagai air zam-zam.

Yang ketiga adalah Nabi Ibrahim bertanya kepada Allah bagaimana cara menghidupkan makhluk yang sudah mati. Permintaan ini dikabulkan dengan hidupnya kembali 4 burung yang semula sudah dipotong-potong dan badannya dipisah.

“Kalau mengingat perjuangan dan ujian Nabi Ibrahim kita sekarang tidak ada apa-apanya, oleh karena itu marilah kita senantiasa meningkatkan perjuangan kita kepada Allah, ” tegas Tamhid. “Berserah diri, yakin, dan senantiasa bermohon kepada Allah,” imbuhnya.

Lebih lanjut Tamhid menjelaskan Relasi Kehidupan yang berikutnya. Relasi kehidupan yang kedua adalah relasi manusia dengan alam sehingga manusia dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada di alam secara bijaksana untuk keberlangsungan hidup.

Berikutnya relasi manusia dengan kehidupan sehingga diperlukan sikap adil dan ikhsan. Yang ketiga adalah relasi ketika dihadapkan pada ujian atau cobaan dengan pasrah, berserah diri, dan ikhlas. “Dan yang terakhir harus iktilat. Munafasa wal muktilat.” pungkasnya. (Era Restiani/Tanti Puspitorini)

Shares: